Kendaraan Listrik Jadi Solusi di Indonesia, Tapi…

Mohamad Farrel Athaillah Nugroho
25 September 2023

Di era sekarang, pemanasan global dan pencemaran udara merupakan tantangan lingkungan terbesar yang dihadapi manusia. Masalah ini secara signifikan terkait dengan penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil. Seiring pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat, jumlah kendaraan di jalan terus meningkat, inilah yang menyebabkan peningkatan polusi udara hingga emisi gas rumah kaca.

Di saat yang bersamaan, energi terbarukan mulai menjadi alternatif yang lebih bersih dan berkelanjutan dibanding bahan bakar fosil. Energi terbarukan seperti tenaga surya, tenaga angin, dan hidroelektrik menghasilkan listrik tanpa mengeluarkan emisi CO2 yang merusak lingkungan. Oleh karena itu, penggunaan energi terbarukan sedang diutamakan guna mengurangi dampak negatif perubahan iklim dan menjaga kualitas udara.

Dalam konteks ini, kendaraan listrik di Indonesia muncul sebagai salah satu solusi yang menjanjikan dan memainkan peran penting dalam mengatasi masalah-masalah tersebut. Dengan menggunakan sumber energi terbarukan, kendaraan listrik memiliki beberapa keuntungan, antara lain pengurangan pencemaran udara, pengurangan emisi gas rumah kaca, efisiensi energi yang lebih tinggi, hingga baterai yang dapat didaur ulang. Dari keuntungan kendaraan listrik tersebut, sayangnya di Indonesia belum mencapai potensi maksimal dalam penggunaannya. Berikut beberapa faktor yang memengaruhi hal tersebut:

  1. Infrastruktur pengisian
    Jumlah stasiun pengisian daya kendaraan listrik di Indonesia masih terbatas, terutama di kota-kota besar. Hal ini membuat kendaraan listrik masih belum maksimal, terutama untuk perjalanan jauh.
  2. Keterbatasan jangkauan
    Baterai pada sebagian kendaraan listrik masih memiliki keterbatasan daya yang lebih rendah dibandingkan dengan kapasitas bahan bakar kendaraan konvensional.
  3. Biaya yang tinggi
    Kendaraan listrik cenderung memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan konvensional lainnya. Selain itu, ketersediaan kendaraan listrik juga belum sebanding dengan kendaraan konvensional di pasar otomotif Indonesia.
  4. Ketergantungan
    Indonesia merupakan produsen minyak dan memiliki industri migas yang besar. Ketergantungan ekonomi pada industri minyak dan gas mungkin menghambat dorongan untuk beralih ke kendaraan listrik. Selain itu, mungkin masyarakat Indonesia masih ada yang skeptis dengan kinerja dari kendaraan listrik.

Dari faktor-faktor tersebut, tentunya Indonesia memiliki peluang besar dalam penggunaan kendaraan listrik. Semoga saja dalam beberapa tahun kedepan kekurangan-kekurangan tersebut dapat segera diselesaikan agar dapat memaksimalkan kendaraan listrik di Indonesia.